Canon 1D
adalah seri kamera DSLR Canon untuk profesional dengan sejarah yang panjang.
Pertama kali diluncurkan di tahun 2001, Canon EOS 1D memiliki sensor APS-H
(crop factor 1.3x) dengan resolusi 4 MP dan kemampuan memotret 8 foto per
detik. Saat itu adalah kamera digital yang top di masanya. Di tahun 2011, Canon
meluncurkan 1DX, kamera DSLR full frame dengan resolusi 18MP dan kecepatan
memotret 12-14 fps.
Pada
akhir 2019, Canon merilis Canon 1DX mark III. Jika kita lihat sekilas dari body
kameranya banyak kemiripan dengan Canon 1D. Memang, body-nya sengaja dibuat
mirip supaya yang fotografer yang meng-upgrade kameranya akan merasa 'feel at
home' atau familiar dengan handling-nya.
Canon EOS 1D. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Canon EOS 1D. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Canon EOS 1D. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Peningkatan Kinerja
1DX
mark III ini punya banyak kelebihan dibanding pendahulunya. Hampir di segala
aspek ditingkatkan. Yang paling membantu fotografer profesional, terutama di
bidang sports/wildlife photography adalah peningkatan processor yang saat ini
menggunakan DIGIC X, dan penggunaan kartu dual CFexpress.
Dengan
processor baru DIGIC X yang lebih efisien tapi lebih cepat dari kombinasi Dual
DIGIC 6+ ini membuat kinerja kamera bertambah, dan sekaligus lebih efisien
dalam penggunaan daya. Baterai 1DX mark III sama dengan 1D mark II, yaitu
LP-E19, tapi karena processornya lebih efisien, kini bisa memotret 2800 frame
dibandingkan 1210 frame di 1DX mark II. Jika menggunakan live view, 1DX mark
III ini bisa motret 610 foto, sedangkan yang Mark II hanya 260 foto, sebelum
harus di charge kembali.
Canon EOS 1D. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Penggunaan dual kartu CFexpress ini juga menarik, karena
memungkinkan 'nafas' yang lebih panjang dalam pemotretan kontinyu. CFexpress
kartu yang sangat cepat baca tulisnya dibandingkan dengan kartu lainnya.
Berikut
perbedaan kecepatan berbagai jenis kartu:
CF
Express kecepatan maksimum: 1.97 GB/sec.
CFast 2.0 kecepatan maksimum: 600 MB/sec.
CF - UDMA 7 kecepatan maksimum: 167 MB/sec
SD Card UHS-I : 104 Mb/s, UHS-II : 312 Mb/s
Sebagai
informasi, 1DX mark III mengunakan kartu CF dan CFast. Kartu CFexpress type B
fisiknya sama dengan XQD, tapi sampai saat ini 1DX mark III belum bisa menerima
kartu XQD.
Dengan
dukungan CFexpress, fotografer bisa memotret kontinyu lebih dari 1.000 foto
meskipun dengan format RAW. Sedangkan di 1DX mark II, terbatas di 170 foto RAW,
dan hanya 81 foto RAW+JPG. Dengan kata lain saat memotret berturut-turut dengan
format RAW, 1DX mark II hanya bertahan 12 detik, sedangkan 1DX mark III bisa
bertahan lebih dari satu menit.
Sistem autofokus baru
1DX
mark III punya sistem autofokus yang baru, tidak hanya untuk modul jendela
bidik, tapi juga saat live view. Modul autofokus yang terdahulu memiliki 61
titik fokus, di 1DX mark III ini punya 191 titik, dan ini dimungkinkan karena
modul baru dengan pixel berukuran lebih kecil dan banyak (high resolution
sensor), sehingga autofokus lebih akurat.
Kiri: Modul autofocus baru dengan desain yang resolusi yang lebih tinggi. Kanan: Modul AF kamera generasi sebelumnya, Canon 1DX II. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Cakupan titik auto fokus di jendela bidik Canon 1DX mark III. Foto: Dok. Enche Tjin
Zona live view autofocus mencakupi hampir keseluruhan layar monitor. Foto: Dok. Enche Tjin
Modul baru AF baru ini juga memungkinkan untuk memotret dengan
autofokus di kondisi yang sangat gelap misalnya malam hari dengan cahaya bulan
(EV -4) atau kondisi yang sangat terang (EV 21). Sistem autofokus juga masih
bekerja dengan baik saat mengunakan lensa dengan bukaan maksimum f/8 misalnya
saat memasang 2x teleconverter di lensa berbukaan f/4.
Bagi
yang suka atau telah terbiasa memotret dengan layar LCD ala kamera mirrorless,
kini boleh senang karena autofokusnya sudah sangat cepat berkat prosesor DIGIC
X dan sensor 20MP yang baru. Teknologi Dual Pixel AF ini sudah mendukung Face,
Eye dan Head detection, artinya kamera bisa mengenali mata saat subjek cukup
dekat, dan wajah jika subjek agak jauh dan kepala saat subjek menghadap ke
samping atau ke belakang.
Head detection mendeteksi kepala saat merekam video meskipun wajah tidak terlihat. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Eye detection saat live view. (Foto: Dok. Enche Tjin)
AF-ON Smart Controller
Untuk
memudahkan dan mempercepat pemindahan area fokus yang jumlah titik/areanya
tambah banyak, ada inovasi kecil yang sangat membantu, yaitu tombol AF-ON kini
diperbesar dan dilengkapi dengan sensor sentuh. Kita bisa mengusap permukaan
tombol AF-ON ini untuk memindahkan titik fokus dengan cepat.
Tombol AF-ON bisa digunakan untuk mengubah posisi titik fokus dengan cepat. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Kualitas gambar & video dengan sensor fullframe 20MP
Seperti
kamera 1D pada umumnya, 1DX mark III fokus di kecepatan dan kualitas gambar di
kondisi gelap, oleh sebab itu dari segi resolusi tidak terlalu tinggi, yaitu
sama dengan pendahulunya 20MP. Tapi sensor gambar ini tidak sama dengan 1DX
mark II. Kualitas dynamic rangenya lebih bagus di ISO rendah, dan noisenya
sedikit lebih bersih di ISO tinggi.
Kualitas
foto di rentang ISO 100-800 sangat baik, ISO 1600-3200 baik, ISO 6400-12800
cukup baik, dan 25600-51200 bisa diterima dan 102400 untuk keadaan darurat
saja
foto dengan lensa EF 85mm f/1.4 IS L USM. Kanan: Crop dari foto kiri menunjukkan detail yang tertangkap dengan baik. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Kiri: foto dengan lensa EF 85mm f/1.4 IS L USM. Kanan: Crop dari foto kiri
(Foto: Dok. Enche Tjin)
Contoh foto untuk tes performa ISO. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Crop dari foto diatas dengan berbagai tingkat ISO. Foto: Dok. Enche Tjin
Sensor baru ini
juga memiliki teknologi Dual Pixel AF dan punya low pass filter unik yang
menurut Canon lebih tajam dan warnanya lebih baik daripada generasi sebelumnya.
Low pass filter yang berguna untuk meningkatkan kualitas foto dan video. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Sensor 20MP ini
juga dirancang untuk kebutuhan video berkualitas. Berbeda dengan 1D sebelumnya
yang lebih fokus ke foto, 1DX mark III punya fitur video yang mumpuni juga. 1DX
ini bisa merekam video RAW 5.5K, yang filenya bisa dibuka dan di edit di
software Canon Digital Professional Photography (DPP). Selain itu tentunya bisa
merekam 4K 60p, dan Full HD 120p.
Ada sedikit crop saat merekam video 4K. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Ada sedikit
keterbatasan saat merekam video, yaitu saat merekam 4K dual pixel AF tidak
berfungsi dan Digital IS tidak bisa diaktifkan. Selain itu, ada sedikit crop
saat merekam video 4K. Sebagai info, Canon EOS 1DX mark III tidak punya
stabilizer di dalam body kameranya.
Kualitas fisik kamera
Seperti
kamera Canon 1D lainnya, weathersealing merupakan fitur utama dan andalan.
Setiap ada celah ada segelnya mencegah air dan partikel debu untuk masuk ke
dalam kamera. 1D mengunakan bahan logam magnesium alloy yang relatif ringan dan
kuat.
Yang
berbeda dengan kamera DSLR yang lebih murah yaitu struktur logam untuk mirror
boxnya dari logam sehingga lebih tahan benturan dan siap untuk foto di kondisi
yang buruk
.Kiri: Kerangka kamera ini dari magnesium alloy yang kuat tapi ringan. Kanan: Mirror Box dilindungi dengan kerangka logam. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Warna merah menandakan posisi seal air dan debu di Canon 1DX mark III. (Foto: Dok. Enche Tjin)
Flash Photography
Seperti
kamera lainnya, 1DX mark III memiliki flash dengan max. sync speed 1/250 dan
High sync speed (HSS) dengan flash yang compatible. Karena kamera ini sudah
bisa mendeteksi wajah, mata dan kepala, maka flash bisa memprioritaskan ke
bagian tersebut sehingga lebih akurat.
Yang
menarik juga ada tiga pilihan pengukuran flash E-TTL yaitu: Ambient Priority
(fokus ke pencahayaan latar belakang), Standard (seimbang antara subjek dan
latar belakang), dan Flash Priority (fokus flash di subjek saja, latar belakang
dibiarkan gelap atau terang).
review dslr canon 1dx mark iii Foto: Dok. Enche Tjin
Pengalaman
Menggunakan
kamera DSLR 1DX Mark III terasa mengoperasikan kamera pro yang serius, kamera
yang bisa digunakan untuk berbagai kondisi yang sulit, siap untuk motret di
kondisi perang sekalipun. 1DX mark III bukan kamera yang kecil dan ringan,
kameranya saja 1.44kg (dengan baterai dan kartu) belum dengan lensanya, dan itu
cukup membuat lelah saat memotret untuk masa yang lama. Di sisi lain,
integrated battery grip atau disebut juga vertikal grip sangat membantu untuk
pekerjaan yang sering memotret dengan orientasi portrait.
Suara
shutter 1DX saat memotret cukup keras baik dengan shutter maupun live view.
Suara yang cukup keras terutama saat memotret kontinyu ini tentu akan
mengganggu saat memotret di acara-acara yang hening atau foto candid, tapi
untungnya kalau ingin suaranya senyap bisa menggunakan electronic shutter (ES).
Untuk
soal kinerja, kamera ini tidak diragukan lagi. Performanya sangat cepat dan
responsif. Saya tidak perlu menunggu saat mengoperasikan kamera misalnya saat
menyalakan langsung siap memotret, begitu pula saat meninjau foto. Autofokusnya
cepat baik melalui jendela bidik atau live view dan operasi kamera di menu dan
tombolnya juga terasa instan.
Kamera Canon 1DX Mark III dengan harga Rp110 juta ini adalah
kulminasi dari semua know how Canon dalam membuat kamera DSLR profesional.
Secara spesifikasi, mungkin tidak terlihat peningkatan yang berarti, tapi saat
ditelaah lebih jauh dan digunakan, fotografer pro terutama yang bekerja di
bidang jurnalistik akan merasakan peningkatan yang signifikan dalam berbagai
aspek kamera. Dari sistem autofokusnya, kinerja dan juga kualitas dari foto dan
videonya.